Rumah Aceh juga digunakan untuk museum di bangun pada jaman pemerintahan Hindia Belanda, yang diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh oleh jenderal HNA Swart pada tgl 31 Juli 1915.
bangunan Rumoh Aceh digunakan dari pavilium Aceh yang tersedia di arena Pameran Kolonial (de Koloniale Tentoonsteling) di Semarang pada tgl 13 Agustus-15 November 1914. pada tgl 31 Juli 1915 rumah aceh dipindahkan kembali keaceh dan ditempatkan di sebelah timur Blang Padang Banda Aceh.
$ads={1}Museum Rumah aceh menjadi milik pemerintah Aceh. Pada tahun 1969 atas ide T. Hamzah Bendahara, museum Rumah aceh dipindahkan dari Blang Padang ke jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah di tanah seluas 10.800 m2. tempat tinggal asli masyarakat Aceh,
Rumah tersebut ber bentuk rumahnya panggoeng. Tinggi lantai bangunan ini 9 kaki dari permukaan tanah. Di sandarkan pada tiang kayu penyangga dengan ruang kolong di bawahnya. bangunan ini memiliki luas lebih dari 200 meter persegi dengan tinggi atap pada bagian perabung 8 meter.
Unik nya rumah aceh dan sejenisnya terletak pada segi kekokohan bangunannya Meskipun bagian-bagian rumah hanya dipersatukan dengan ikatan tali, pasak dan baji sebagai pangganti paku dan baut.
TAMPAK MUKA RUMOH ACEH
Tiang rumah terbuat dari kayu keras pilihan yang diameter rata - rata lebih kurang 20 centimeter, dengan jumlah sebanyak 44 batang tegak sejajar dengan posisi 4 x 11 panjang dari Timur ke Barat.
Penempatan anak tangga berjumlah genap yaitu 14 buah, di ujung Timur bawah dinamakan serambi depan sedangkan di ujung Barat bawah diberi nama serambi belakang berkesan tidak biasa. Di dalam kehidupan masyarakat aceh tidak ada istilahnya rumah adat.
Mamfaat dari masing - masing ruang di tata agar dapat menggambarkan apa mamfaat pokok - pokok ruang yang ada pada rumah tempat tinggal tradisional masyarakat Aceh.Untuk masuk kerumah aceh , yang pertama harus melewati tangga.
Dengan cara menaiki anak tangga dan kemudian pintu depan kemudian sampailah ke serambi depan. Dirumah aceh serambi depan adalah sebagai ruang tamu yang terbentang sepanjang rumah. Ruangan ini dipakai untuk menerima tamu, menjalankan kegiatan agama dan sebagai tempat musyawarah keluarga.
SERAMBI DEPAN RUMAH ACEH
Di sebelah ujung Barat ruangan ditutupi dengan tikar, pada upacara yang bersifat khidmat para tamu dipersiapkan duduk diatas permadani yang sudah dihamparkan diruangan itu. Membentuk persegi empat yang dianyam dan dihiasi dengan indah.
Ada beberapa potongan kayu terukir dengan hiasan tradisional Aceh bergantung pada dinding bagian utara yang rendah. Ada beberapa lukisan para Pahlawan aceh seperti Sultan Iskandar Muda, Tengku Chik Di Tiro, Cut Nyak Dhien, Teuku Nyak Arif dan Teuku Umar Johan Pahlawan.
Yang juga ikut di pajangkan alat musik tradisional aceh seperti Rapai dalam ukuran besar kecil bersusun berjajar di dinding yang tinggi, yang disertai dengan hiasan permadani, tanduk rusa penyangkut topi, tombak dan kepala rusa, serta ada beberapa lukisan.
Ruangan ini berisikan barang - barang peralatan yang menujukan jenis pekerjaan atau kegemaran si pemilik rumah. Tak jarang di ruangan ini pula terdapat sangkar burung balam atau perkutut.
RAMBAT / RUANG TENGAH
Di sisi bagian lain, yang kedua dari pada rumah Aceh terdapat ruang tengah, yaitu sebuah ruang yang menghubungkan dua kamar tempat tidur. Ruang tengah biasa digunakan khusus untuk sesama penghuni rumah atau untuk para saudara keluarga atau apabila orang lelaki,
hanyalah untuk mereka yang telah akrab dengan seluruh keluarga secara terbatas hal ini disebabkan oleh karena ruangan ini hanya dapat menuju ke serambi belakang, dimana para wanita tinggal dan melakukan kesibukan sehari - hari
SALAH SATU LEMARI BERISI TEMBIKAR
Di bagian timur terdapat sebuah ruangan yang dinamakan serambi belakang, ruang ini berfungsi menjadi dapur yg dipergunakan sebagai daerah buat memasak atau kawasan buat mengolah makanan, di sini (serambi belakang) menyediakan aneka macam jenis indera-alat dapur lengkap dengan bahan makanan,
peralatan masak didominir oleh alat-alat yang desain dari asal tembikar, di samping itu ada jua beberapa alat yang didesain berasal kuningan atau tembaga. Perlengkapan bumbu dan resep kuliner atau bahan makanan disimpan pada dalam botol yang tertutup menggunakan rapat, dan ter rapikan rapi.
Diatas ada rak yang melekat ke dinding. Terdapat salang yg terbuat berasal 'on iboih (homogen daun lontar) yang dihias bersusun 3 atau 5 sebagai sebagai daerah buat menyangkutkan periuk atau belanga yang berisi bahan makanan atau kuliner masak tergantung bertenaga ke langit - langit sebuah sandeng,
semacam rak yg terbuat berasal bambu, kawasan dimana diletakkan peralatan dapur dalam aneka macam bentuk dan keperluan. Masih pada ruangan ini, dekat dapur berdiri tegak sebuah lemari berisi piring, cangkir, cawan dan mangkok keramik yg dipakai menjadi alat-alat makan sehari-hari.
Di samping pintu rambat ada sebuah rak yg digunakan sebagai daerah buat menyimpan tikar.
BAGIAN SERAMBI BELAKANG DENGAN PERALATAN DAPUR DI DALAMNYA
Bagian serambi belakang dengan peralatan dapur di dalamnya Pada bagian barat serambi belakang ditempatkan sebuah peuratah/ranjang yang digunakan sebagai tempat berbaring saat melepaskan lelah, atau pula digunakan buat menidurkan anak-anak kecil.
Pada samping peuratah/ranjang jua digantungkan sebuah ayunan untuk menidurkan anak balita. Di atas lantai dibentangkan tikar yang terbuat dari rotan yg di atasnya diletakkan beberapa tikar duduk persegi empat berisi anyaman indah dengan warna-warni, tempat dimana para tamu perempuan duduk.
Terdapat tikar yang belum selesai di anyam. Menganyam tikar biasa dilakukan sembari mengasuh anak-anak. Di pojok kiri dan kanan ujung barat serambi belakang ada karung besar dan mungil yg berisi padi, dan ada pula alat peralatan penangkap ikan serta peralatan pertanian,
Ada keude yaitu keranjang yang berasal rotan yang umumnya digunakan buat menyimpan benang atau kain sutera yang sudah terselesaikan ditenun dan barang-barang lainnya.
RUMOH INOENG
Rumah perempuan atau dalam bahasa aceh dinamakan rumah inoeng kamar tidur utama adalah bagian yg sangat penting serta sangat kudus pada tempat tinggal rumah masyarakat aceh. Ruangan inilah yg sesungguhnya bisa dikatakan kamar yg diklaim juree yaitu bagian yang terletak pada sisi barat dan timur rambat.
Di ruangan inilah pasangan suami isteri tidur, dan dikamar ini pula upacara-upacara norma dilaksanakan, baik sunat rasul (khitan), perkawinan maupun kematian. Kamar ini tidak dibenarkan dimasuki orang kecuali orang tua serta anak-anak. Lantai kamar ini seluruhnya ditutup menggunakan tikar.
Langit-langit kamar mempelai di sisi timur dihiasi dan ditutupi dengan kain berwarna merah bercampur kuning bersulam kasab, serta kamar tidur pada sisi barat ditutup menggunakan kain berwarna merah di bagian berasal ke 2 kamar ini ditutup dengan kain tirai lingkar yang berwarna-warni dengan bentuk pola yang disebut tire langit
$ads={2}Dinding pada bagian dari kedua kamar ini ditutup menggunakan kain tirai lingkar yg berwarna - warni dengan bentuk pola yang dianggap cureng lajur-lajur, ceuradi dan mirah pati daerah tidur, sebagaimana lazimnya Ditutup dengan keuleumbu/kelambu.
KAMAR MEMPELAI / MEUPLEUE
Sebaliknya di kamar mempleue/mempelai digelar suatu alas tempat duduk yang diberi kasur serta diklaim tilam duek ukuran besar dimaksudkan buat laki-laki, Di atas tilam-tilam yang ada di kamar ini disusunlah sejumlah bantal yang disebut bantai susoen/bantal susun,
Yang berbentuk seperti guling yang pada kedua ujungnya diberi hiasan yang indah yang disebut tampok. Pakaian dan perhiasan disimpan di dalam peuto/peti yang terdapat didalam juree.